Hadis Ekonomi tentang Nilai Harta



Nama                           : Siti Yuraida Zumaroh
NIM                            : 931320616
Program Studi             : Ekonomi Syari’ah
Kelas                           : E
Mata Kuliah                : Hadis Ekonomi
Pertemuan ke 4           : Hadis tentang Nilai Harta
A.    Pengertian Harta
Harta adalah apa yang dimiliki manusia dari segala sesuatu. Makna harta secara bahasa mengikuti perkembangan tradisi  sesuai dengan apa yang diperoleh manusia (‘Urf).[1] Dalam bahasa Arab, harta disebut al-mal jamaknya al-amwal yang berarti condong, cenderung, dan miring.
Para fuqaha berbeda pendapat dalam mendefinisikan harta secara istilah. Menurut golongan Hanafiyah, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki, disimpan, dan dimanfaatkan.[2] Sedangkan menurut jumhur ulama, harta merupakan sesuatu yang bernilai dan diwajibkan bagi perusaknya untuk mengganti.[3]
B.     Jenis dan Pembagian Harta
Ahli-ahli fiqih membagikan harta kepada beberapa bagian, tiap-tiap bagian memiliki ciri-ciri tersendiri dan mempunyai ketentuan hukum yang berbeda menurut bagian masing-masing. Bagian-bagian tersebut adalah:
a.       Harta dilihat dari segi kebolehan pemanfaatannya menurut syara’
1)      Harta bernilai (al-mal al-mutaqawwim) adalah harta yang dimiliki dan syara’ membolehkan penggunaannya. Ibn Abidin mendefinisikan bahwa al-mal al-mutaqawwim ialah harta yang diakui kepemilikannya oleh syara’bagi pemiliknya. Pengakuan syara’ ini hanya akan berlaku dengan adanya syarat-syarat yang berikut:
a)      Harta tersebut dimiliki oleh pemilik berkenaan secara sah.
b)      Harta tersebut boleh dimanfaatkan mengikut hukum syara’ dalam keadaan biasa. Seperti harta-harta tidak bergerak, harta bergerak, makanan dan sebagainya.
2)      Harta tidak bernilai (al-mal ghair al-mutaqawwim) adalah sesuatu yang tidak dimiliki, atau sesuatu yang syara’ tidak membolehkan penggunannya kecuali ketika darurat (terpaksa). Menurut Muhammad Salam Madkur termasuk ke dalam jenis harta ini adalah sesuatu yang sudah dimiliki zat nya tetapi syara’ melarang memanfaatkannya seperti arak dan babi.[4]
b.      Harta dilihat dari sifat harta itu sendiri, maka harta boleh dibagi kepada harta tidak bergerak dan harta bergerak. Harta tidak bergerak (‘aqar) ialah harta yang kekal ditempatnya yang tidak boleh dipindah dan diubah sama sekali ke tempat lain. Sedangkan harta bergerak (al-manqul) ialah harta yang boleh dipindah dan diubah dari satu tempat ketempat yang lain. Harta bergerak ini termasuklah uang, barang perniagaan, binatang dan timbangan.[5]
c.       Harta dilihat dari segi pemanfaatannya
1)      Harta al-isti’mali ialah harta yang apabila digunakan atau dimanfaatkan benda itu kekal zatnya (tidak habis), sekalipun manfaatnya sudah banyak digunakan. Contoh harta al-isti’mali ialah pertanian, rumah, dan buku.
2)      Harta al-istihlaki ialah harta yang apabila dimanfaatkan berakibat habisnya harta itu. Contohnya ialah sabun, pakaian, makanan. Hukum dari perbedaan harta ini menurut ulama fih hanya dari segi akadnya saja. Untuk harta yang al-istihlaki, akadnya hanya tolong menolong, seperti meminjam sabun, pakain, dan meminta makanan. Sedangkan harta al-isti’mali, disamping sifatnya tolong menolong, juga boleh ditransaksikan dengan cara mengambil pulangan, seperti al-ijarah (sewa-menyewa).[6]
d.      Harta serupa (mithliy) dan harta senilai (qimiy). Harta serupa (mithliy) ialah harta yang mempunyai persamaan dengan harta lain dipasaran, sama dari segi bentuk atau nilai. Jika ada perbedaan antara kedua harta tersebut, perbedaan itu dalam kadar yang boleh diterima oleh semua pihak. Sedangkan yang dimaksudkan dengan harta senilai ialah harta yang tidak ada jenis yang sama dengannya dipasaran atau terdapat jenis yang sama tetapi berbeda dari segi nilai harga dan harga dengan kentara dan tidak boleh diterima oleh semua pihak baik pembeli maupun penjual. Harta yang serupa boleh bertukar menjadi harta senilai. Misalnya harta tersebut merupakan hasil pembuatan yang tidak lagi dikeluarkan oleh pengeluarnya.[7]
e.       Harta dari segi kepemilikannya
1)      Harta milik pribadi, ialah harta yang pemiliknya bebas memanfaatkan harta itu selama tidak merugikan orang lain.
2)      Harta milik masyarakat ialah harta yang pemanfaatnnya untuk semua orang. Harta milik bersama boleh berubah menjadi harta milik pribadi apabila telah diambil dan dipelihara dengan baik oleh seseorang begitu pula sebaliknya.
Para ulama fuqoha membagi harta milik masyarakat sebagai berikut:
a.       Harta yang khusus untuk diperuntukan bagi kemaslahatan bersama, seperti tempat-tempat ibadah, pemakaman, jembatan, jalan umum, sarana pendidikan.
b.      Harta yang khusus untuk digunakan bagi kepentingan umum, seperti wakaf atau harta yang termasuk kedalam milik negara.
c.       Harta seseorang yang manfaatnya diperuntukan bagi kepentingan umum, seperti tanah wakaf yang diwakafkan seseorang untuk diambil hasilnya, serta tanah-tanah negara yang boleh dipergunakan masyarakat.[8]
C.    Fungsi dan Manfaat Harta
Fungsi harta dan manfaat harta, harta tidak hanya berkedudukan dan berfungsi untuk mendekatkan diri kepada Allah tetapi harta juga mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting dalam kehidupan  manusia.[9]
Fungsi harta tersebut diantaranya:[10]
1.      Harta merupakan amanah (titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang amanah karena memang tidak mampu mewujudkan harta dari tiada.
2.      Harta berfungsi sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia boleh menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan.
3.      Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini terutama menyangkut tentang cara mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam atau tidak.
4.       Harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksanakan perintah-Nya dan melaksakan muamalah dianatara sesama manusia, melalui kegiatan zakat, infak, dan sedekah.
5.      Harta berfungsi juga untuk meneruskan kehidupan dari generasi ke generasi berikutnya.[11]
D.    Pemberian (penyerahan) Harta
1.      Zakat
a.       Pengertian Zakat
Zakat secara bahasa adalah bentuk Masdar dari kata zaka, yang berarti tumbuh, berkah, bersih, suci dan baik. Sedangkan menurut istilah zakat dapat didefinisikan dengan suatu kadar bagi harta seseorang yang merupakan hak Allah SWT untuk diberikan kepada fakir miskin dan Mustahiq lain. Kadar tersebut dinamakan zakat karena ada harapan untuk memperoleh berkah, membersihkan jiwa dan  tambahnya beberapa kebaikan.[12]Zakat adalah pembersihan harta yang didasarkan pada keimanan kepada Allah SWT, bahwa dalam setiap harta yang diperoleh terdapat hak fakir miskin.[13]
Bukhori:
حد ثنا إسما عيل قال حدثني مالك بن أنس عن عمه أبي سهيل بن مالك عن أبيه أنه سمع طلحة بن عبيد الله يقول جاء رجل إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم من أهل نجد ثائر الرأس يسمع دوي صوته ما يقول حتى دنا فإذا هو يسأل عن الإسلام فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم خمس صلوات في اليوم والليلة فقال هل علي غيرها قال لا إلا أن تطوع قال رسول الله صلى الله عليه وسلم وصيام رمضان قال هل علي غيره قال لا إلا أن تطوع قال وذكر له رسول الله صلى الله عليه وسلم الز كاة قال هل علي غيره قال لا إلا أن تطوع قال فأدبر الرجل وهو يقول والله لا أزيد على هذا ولا أنقص قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أفلح إن صدق
Dengan demikian zakat merupakan sedekah wajib yang diwajibkan bagi orang muslim yang mempunyai harta satu nisab. Adapun sedekah disunnahkan bagi siapa saja yang mempunyai harta sekalipun tidak sampai satu nisab, dan sedekah dikeluarkan harus sesuai kemampuan.[14]
b.      Kewajiban Zakat
Bukhari :
حدثنا عبد الله بن محمد الستد ي قال حد ثنا أبو روح لحرمي بن عما رةقال حدثنا ثعبة عن واقد ين محمد قال سمعت أني حجدث عن ابن عمر أن رسولالله صلى الله عليه وسلم قال أمرت أن أقاتل الناس يشهادوا أن لاإله إلا الله وأن محمدا رسو ل الله ويقيموا  الصلاة ويؤ توا الزكاة فإذا فعلوا ذلك عصموا مني دماءهم وأمواهام إلا بحق الإ سلا م وحسابهم على اله
Ibnu Umar berkata: “Saya diperintah memerangi manusia sampai baca syahadat, mengerjakan shalat, mengeluarkan zakat. Apabila mereka telah melakukan hal itu maka terjagalah darah dan hartanya, kecuali dengan hal Islam dan perhitungannya diserahkan kepada Allah”.
Kewajiban zakat selalu disebut dalam al-Qur’an setelah perintah shalat, ini berarti zakat merupakan kewajiban bagi seorang muslim. Zaat memiliki dampak ekonomi sosial yang baik, sampai-sampai khalifah Abu bakar berani mengambil resiko akan memerangi orang-orang yang tidak membayar zakat, ini menunjukkan betapa pentingnya zakat dalam kehidupan sosial dan zakat merupakan salah satu kewajiban bagi seirang muslim.
c.       Prinsip Zakat
1)      Keimanan
Zakat sebagai sarana ibadah kepada Allah yang berfungsi mendekatkan diri kepada-Nya. Makin taat manusia menjalankan perintahnya maka semakin dekat dengan Allah, karena itu zakat sebagai salah satu rukun Islam yang tak kalah pentingnya dengan rukun Islam lainnya.
2)      Perataan dan Keadilan
Sedekah dianjurkan bagi orang yang sudah berkecukupan dan diberikan kepada yang berhak dan membutuhkan agar mereka mampu memenuhi kebutuhan  hidupnya. Zakat tidak akan diminta secara semena-mena tanpa memperhatikan akibat yang ditimbulkan, zakat tidak akan dipungut jika menyebabkan orang yang mengeluarkan tersebut akan menderita dan kekurangan.
3)      Produktivitas satu Tuhan
Prinsip ini menekankan bahwa zakat memang harus dibayar karena telah menghasilkan selama satu tahun yang merupakan ukuran normal memperoleh  hasil tertentu.
d.      Fungsi Zakat
1)      Spiritual
Bukhori :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ شَبِيبِ بْنِ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ يُونُسَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ أَسْلَمَ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا فَقَالَ أَعْرَابِيٌّ أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِ اللَّهِ { وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ } قَالَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا مَنْ كَنَزَهَا فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهَا فَوَيْلٌ لَهُ إِنَّمَا كَانَ هَذَا قَبْلَ أَنْ تُنْزَلَ الزَّكَاةُ فَلَمَّا أُنْزِلَتْ جَعَلَهَا اللَّهُ طُهْرًا لِلْأَمْوَالِ
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Syabib bin Sa’id telah menceritakan bapakku kepadaku dari Yunus dari Ibnu Syihab dari Khalid bin Aslam berkata; Kami keluar bersama ‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu ‘anhuma, lalu seorang Badui berkata; “Kabari aku akan firman Allah” :
Fungsi zakat adalah membersihkan harta kekayaan atau aset yang dimiliki setiap muslim, sehingga harta yang dimiliki menjadi bersih, suci dan berkah.
2)      Ekonomi Sosial
Bukhori :
حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ الضَّحَّاكُ بْنُ مَخْلَدٍ عَنْ زَكَرِيَّاءَ بْنِ إِسْحَاقَ عَنْ يَحْيَى بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَيْفِيٍّ عَنْ أَبِي مَعْبَدٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ مُعَاذًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِلَى الْيَمَنِ فَقَالَ ادْعُهُمْ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً فِي أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ وَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ
Telah menceritakan kepada kami Abu 'Ashim Adh-Dlohhak bin Makhlad dari Zakariya' bin Ishaq dari Yahya bin 'Abdullah bin Shayfiy dari Abu Ma'bad dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma bahwa ketika Nabi Shallallahu'alaihiwasallam mengutus Mu'adz radliallahu 'anhu ke negeri Yaman, Beliau berkata,: "Ajaklah mereka kepada syahadah (persaksian) tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah. Jika mereka telah mentaatinya, maka beritahukanlah bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu sehari semalam. Dan jika mereka telah mena'atinya, maka beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka shadaqah (zakat) dari harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang faqir mereka".
Hadis tersebut dapat dipahami bahwa zakat diambil dari orang kaya dan diberikan pada fakir miskin. Tidak ada ketentuan khusus bahwa zakat harus berbentuk barang konsumsi, tetapi diperbolehkan berupa alat produksi.
e.       Jenis Zakat Wajib
Secara substansial zakat dapat digolongkan menjadi empat :
1)      Zakat fitrah untuk individu
Bukhari :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ شَبِيبِ بْنِ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ يُونُسَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ أَسْلَمَ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا فَقَالَ أَعْرَابِيٌّ أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِ اللَّهِ { وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ } قَالَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا مَنْ كَنَزَهَا فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهَا فَوَيْلٌ لَهُ إِنَّمَا كَانَ هَذَا قَبْلَ أَنْ تُنْزَلَ الزَّكَاةُ فَلَمَّا أُنْزِلَتْ جَعَلَهَا اللَّهُ طُهْرًا لِلْأَمْوَالِ
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Syabib bin Sa'id telah menceritakan bapakku kepadaku dari Yunus dari Ibnu Syihab dari Khalid bin Aslam berkata; Kami keluar bersama 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhuma, lalu seorang Badui berkata,: "Kabari aku akan firman Allah: " walladziina yaknizuunadz dzahaba wal fidhdhata walaa yunfiquunahaa fii sabiilillah" (dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah), " Ibn 'Umar radliallahu 'anhuma berkata,: "Barangsiapa yang menyimpannya dan ia tidak menunaikan zakatnya maka celakalah ia. Namun ayat ini turun sebelum diturunkannya ayat zakat, ketika aturan zakat sudah diturunkan maka Allah subhanahu wata'ala menjadikannya ketentuan ayat ini sebagai perintah pensucian harta".
2)      Zakat  kekayaan (emas, perak, ternak dan perdagangan)
Pada permulaan islam emas dan perak merupakan alat tukar atau uang. Selain itu emas dan perak juga dipergunakan sebagai perhiasan, yang tentu saja juga sebagai barang perdagangan. Dengan demikian emas dan perak merupakan alat ukur kekayaan seseorang. Oleh sebab itu islam sangant memperhatikan keadilan sosial dengan kewajibkan orang kaya untuk mengeluarkan zakat emas dan perak.Adapun jenis kekayaan yang harus dikel uarkan zakatnya adalah emas, perak, dan binatang ternak. Harta perdagangan juga dianalogkan pada kekayaan emas dan perak sebagai komoditi perdagangan. Nisab kekayaan adalah sebagaimana tercantum dalam hadis berikut :
Ibnu Majah :
حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ خَلَفٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى قَالَا حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى أَنْبَأَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ إِسْمَعِيلَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ وَاقِدٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ وَعَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْخُذُ مِنْ كُلِّ عِشْرِينَ دِينَارًا فَصَاعِدًا نِصْفَ دِينَارٍ وَمِنْ الْأَرْبَعِينَ دِينَارًا دِينَارًا
Telah menceritakan kepada kami Bakr bin Khalaf dan Muhammad bin Yahya keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Musa berkata, telah memberitakan kepada kami Ibrahim bin Isma'il dari Abdullah bin Waqid dari Ibnu Umar dan Aisyah berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengambil zakat dari setiap dua puluh dinar lebih sebanyak setengah dinar, dan dari empat puluh dinar sebanyak satu dinar".
Ahmad :
حد سا بو النضر حد بنا ابو معاوية يعني شيان عن ليث عن نافع عن امن عمر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ليس فيما دون خمس من الابل ولا مس أواق ولا خمسة أوساق صدقة
Rasullah bersabda: “tidak wajib sedekah jika tidak sampai 5 unta, 5 awaq (untuk perak) 5 wasaq (60 sa’dari gandum).”

Dari hadits tersebut diketahui bahwa nisab kekayaan uang adalah 20 dinar ( 85 gr emas,sebagian ulama menyatakan nisab emas sebesar 93,6 gr), sedangkan nisab perak adalah sebesar 5 (595 gr),dan zakatnya adalah 2,5 %. Jika harga emas Rp 250.000gr, maka nisab kekayaan adalah Rp 21.250.000 per tahun,dan zakat yang wajib dikeluarkan adalah Rp 531.250. ketentuan tersebut berlaku jika:
a)      Kekayaan tersebut milik penuh (sempurna) dan sudah diperhitungkan pembayaran hutang dan piutang.
b)      Mencapai satu nisab
c)      Besarnya zakat menurut prosentase tertentu.
3)      Zakat penghasilan (pertanian, industri, profesi)
Muslim :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِيمَا سَقَتْ الْأَنْهَارُ وَالْعُيُونُ الْعُشْرُ وَمَا سُقِيَ بِالسَّوَانِي فَفِيهِ نِصْفُ الْعُشْرِ
Telah menceritakan kepada Kami Ahmad bin Shalih, telah menceritakan kepada Kami Abdullah bin Wahb telah mengabarkan kepadaku 'Amr, dari Abu Az Zubair dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah shallAllahu wa'alaihi wa sallam bersabda: "Pertanian yang diairi sungai dan mata air zakatnya adalah sepersepuluh, dan yang diairi menggunakan alat pengairan maka zakatnya adalah seperdua puluh." (Abu Daud 1362)
        Nisab zakat pertanian adalah 5 wasaq atau sekitar 653 Kg keadaan kering, jika sawah tanah hujan dikenakan zakat sebesar 10%, jika diairi sendiri maka zakatnya adalah 5%. Untuk tamanan seperti tebu, sayur mayur, buah menurut Abu Hanani wajib dikeluarkan zakatnya 10% atau 5%, nisabnya ulama sepakat lima wasaq (653 kg gandum).
        Adapun zakat industri dikenakan atas dasar laba industri dengan nisabah analog zakat pertanian dan hasil tanaman lainnya. Untuk penetapan prosentasenya ulama berpendapat, berkisar 2,5% (mengacu zakat perdagangan) dan 5% (mengacu pertanian yang diairi). Begitu juga laut seperti ikan, mutiara dan lain sebagaimana, nisabnya 200 dirham, sedangkan zakat profesi menurut Qardawi termasuk al-mal al-mustafad, yaitu kekayaan yang diperoleh oleh seorang muslim melalui usaha baru yang sesuai syari’at agama.
4)      Zakat barang temuan
Bukhori :
حد ثنا عبد الله بن يو سف أخبرتا مالك عن ابن شهاب عن سعيد بن المسيب وعن أبي سلمت بن عبد الرحمن عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال العجماء جبار والبسر جبار والمعدن جبار الركاز اخمس
Nabi bersabda: “Hewan itu sia-sia, sumur itu sia-sia, hasil pertambangan itu juga sia-sia, harta temuan zakatnya 1/5.”[15]
2.      Infaq
a.       Pengertian Infaq
Menurut bahasa berasal dari kata anfaqa yang berarti menafkahkan, membelanjakan, memberikan atau mengeluarkan harta. Menurut istilah fiqih kata infaq mempunyai makna memberikan sebagian harta yang dimiliki kepada orang yang telah disyariatkan oleh agama untuk memberinya seperti orang-orang faqir, miskin, anak yatim, kerabat dan lain-lain.[16] Jadi semua bentuk perbelanjaan atau pemberian harta kepada hal yang disyariatkan agama dapat dikatakan infaq, baik itu berupa kewajiban seperti zakat atau yang berupa anjuran sunnah seperti wakaf atau sadaqah.[17]
b.      Kewajiban Infaq
Mengeluarkan atau membelanjakan harta yang mencakup zakat dan non zakat. Infaq ada yang wajib ada yang sunnah. Infaq wajib di antaranya kafarat, nadzar, zakat dll. Infaq sunnah diantaranya infaq kepada fakir miskin sesama muslim, infaq bencana alam dll. Berbeda dengan zakat, dana infaq dapat di berikan kepada siapapun tidak termasuk dalam delapan asnaf. Adapun balasan bagi orang yang berinfaq dan bersedekah antara lain disebutkan hadits seperti ini: Dari Abu Huraira radhiyallahuanhu, ia berkata: “ Siapa yang bersedekah dengan sebiji kurma yang berasal dari usahanya yang halal lagi baik (Allah menerima kecuali dari yang halal lagi baik), maka sesungguhnya Allah menerima sedekah tersebut dengan tangan kanan-Nya kemudian Allah menjaga dan memeliharanya untuk mpemiliknya seperti seseorang di antara kalian yang menjaga dan memelihara anak kudanya. Hingga sedekah tersebut menjadi sebesar gunung.”
c.       Prinsip Infaq
1)      Ma’asyiral muslim rahimakumullah, seorang yang bershadaqa dan berinfaq fii sabilillah haruslah muslim dan beriman kepada Allah SWT.
2)      Dalam berinfaq dan bersadaqah fii sabibillah, maka sabagai pengikat dan sebagai pendorong semangat untuk berinfaq fii sabilillah, adalah pahala yang Allah siapkan untuk mereka-mereka yang berinfaq fii sabilillah yang infaqnya diterima oleh Allah SWT.[18]
d.      Fungsi Infaq
Infaq merupakan sesuatu yang sangat bermanfat, baik bagi yang menerima zakat maupun yang memberi zakat. Dalam surat Al-Baqarah ayat 261 yang berarti: “perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menupuhkan tujuh bulir pada setiap butir seratus biji. Allah melipatgandahkan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-nya) lagi Maha Mengetahui.”
e.       Jenis Infaq
Jenis harta yang diinfaqkan adalah alkhoir. Al-khoir artinya adalah harta yang diinfaqkan itu harus memberikan kebaikan kepada si pemberi, penerima,dan kaum muslimin. Rasulullah bersabda:
ياءت احد كم بما يملك فيقول هذه صدقة ثم يقعد يتكفف الناس حير الصدقة ما كان عن ظهر غنى
“Ada salah seorang diantara kamu yang datang dengan membawa apa yang dimilikinya seraya berkata,ini adalah sedekah. Tetapi setelah itu dia mengadakan tangannya meminta-minta kepada orang lain. Sebaik-baik shodaqoh adalah yang lebih dari kebutuhan”. (HR.Abu Dawud)
3.      Sedekah
a.       Pengertian Sedekah
Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Orang yang suka bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imamnya. Adapun secara terminologi syariat shadaqah makna asalnya adalah tahqiqu syai’in bisya’i, atau menetapkan atau menerapkan sesuatu pada sesuatu. Rasulullah menyebut sedekah sebagai burhan (bukti) sebagaimana sabdanya:
وعن أبي مالك الحارث بن عاصم الأشعري- رضي الله عنه-, قال: قال رسول الله- صلى اللهعليه ولم-: الطهور شطر الإيمان, والحمد الله تملا الميزان, وسحان الله والحمد الله تملان- أو تملا- ما بين السما وا ت والأرض, والصلاة نور, والصدقةبرهان, والصبر ضياء, والقران حجة لك اوعليك. كل الناس يفدوفبا نع نفسه فمعتها أو موبقها رواهمسام
Dari Abu maliki Al harits Bin Ashim Al as’ariy ra. Ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Suci adalah sebagian dari iman, membaca alhamdulilah dapat memenuhi timbangan, Subhanallah dan Alhamdulillah dapat memenuhi semua yang ada diantara langit dan bumi, salat adalah cahaya, sedekah itu adalah bukti iman, sabar adalah pelita dan Al-Quran untuk berhujjah terhadap yang kamu sukai ataupun terhadap terhadap yang tidak di sukai. Semua orang pada waktu pagi menjual dirinya, kemudian ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang membinaskan dirinya.” (HR.Muslim).[19]

b.      Kewajiban Sedekah
Setiap anggota badan manusia diwajibkan bersedekah setiap hari selama matahari masih terbit dalam shahih Muslim disebut jumlah anggota badan ada tiga ratus enam puluh. Sekuranya tulang-tulang itu tidak mampu bersedekah, hendaknya ditahan dari perbuatan buruk yang akan merugikan orang lain, dan inipun termasuk sedekah. Nabi SAW menunjukkan bentuk dari hal ini adalah setiap orang harus bersyukur kepada Allah setiap paginya atas keselamatanya pada dirinya baik keselamatan pada tangannya, kakinya, dan anggota tubuh lainnya. Dalam hadits Rasulullah dalam sahih muslim yang berbunyi “Sesungguhnya setiap manusia keturunan Adam diciptakan memiliki 360 persendian.” (HR. Muslim).[20]
c.       Prinsip Sedekah
Prinsip sedekah adalah suatu kebutuhan anggap saja tanpa bersedekah kita tidak akan meresa tenang dalam melakukan suatu pekerjaan atau bisnis apapun. Jika prinsip sedekah suatu kebutuhan kita pegang teguh tanpa ragu sedikitpun maka insayaallah bisnis kita jalankan selalu diberikan kelancaran dan keberkahan dari Allah SWT.[21]
d.      Hikmah Sedekah
1)      Orang yang bersedekah lebih mulia dibanding orang yang menerimanya sebagaiaman dijelaskan dalam sebuah hadis “Tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah”.
2)      Mempererat hubungan sesama manusia terutama kepada kaum fakir miskin, menghilangkan sifat bakhil dan egois, dan dapat membersihkan harta serta dapat meredam murka Tuhan.
3)      Orang yang bersedekah senantiasa didoakan oleh kedua malaikat, seperti dalam hadis yang artinya: “Tidaklah seorang laik-laki berada dipagi hari kecuali dua malaikat berdoa, Ya Allah berilah ganti orang yang menafkahkan (menyedekahkan) hartanya dan berikanlah kehancuran orang yang menahan hartanya”. (HR. Bukhari Muslim).[22]
e.       Jenis Sedekah
1)      Sedekah wajib
Sedekah wajib adalah sedekah yang diwajibkan meliputi zakat, fidyah (penebusan yang wajib dilakukan seseorang karena suatu hal ia tidak dapat melaksanakan kewajibannya seperti orang yang sudah tua renta yang tidak mampu berpuasa), jizyah (pajak yang dipungut oleh pemerintah Islam dari yang bukan Islam sebagai sumbangan keamanan bagi mereka).
2)      Sedekah sunnah
Sedekah sunnah adalah sedekah yang diberikan secara sukarela, tidak diwajibkan, seperti, hibah, wakaf, dan hadiah.[23] Adapun cara bershadaqah terbagi menjadi beberapa macam diantaranya:
a)      Sedekah dengan hati
Sesungguhnya seorang hamba bisa mendapatka pahala shadaqah hanya dengan niat tulus. Bahkan, pahalanya bisa setara dengan orang bershadaqah dengan jumlah harta yang banyak. Ini salah satu keajaiban niat dalam pandangan Islam. Rasulullah Saw., bersabda:
Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan serta telah menjelaskannya dalam kitab-Nya. Barang siapa yang sudah berniat untuk berbuat kebaikan, namun tidak jadi mengerjakannya, maka akan dituliskan untuknya satu kebaikan yang sempurna. Jika kemudian dia benar-benar mengerjakannya maka Allah akan menuliskan untuknya 10 hingga 700 kebaikan, bahkan bisa lebih banyak lagi. Barangsiapa yang sudah berniat untuk keburukan, namun tidak mengerjakannya, maka akan ditulis untuknya satu kebaikan yang sempurna. Jika kemudian ia benar-benar mengerjakannya, maka Allah akan menuliskan satu keburukan untuknya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

b)      Sedekah lisan
1)      Berdzikir
Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian sesuatu yang bisa kalian sedekahkan ? seungguhnya, setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir sedekah, setiap tahmid sedekah, setiap tahlil sedekah.” (HR Muslim)
Shadaqah dengan cara berdzikir, hal itu merupakan shadaqah kepada diri sendiri, bukan kepada orang lain.
2)      Bertutur kata yang baik
perkataan yang baik adalah sedekah.” (HR Al-Bukhari)
3)      Amal Ma’ruf Nahi Mungkar
melaksanakan amar ma’ruf adalah sedekah dan mencegah kemungkaran adalah sedekah.” (HR Muslim)
4)      Mengucapkan salam
c)      Sedekah dengan perbuatan
1)      Senyum adalah shadaqah
2)      Menjaga kebersihan masjid
3)      Mendamaikan orang yang berselisih
4)      Membantu naik kendaraan
5)      Mengajarkan ilmu
6)      Menahan diri dari berbuat jahat.[24]


[1] Ahmad Hasan, Mata Uang Islami (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), 93.
[2] Neneng Nurhasanah, Mudharabah dalam Teori dan Praktik, 30.
[3] Ahmad Hasan, Mata Uang Islami,  98.
[4]Rizal, “Eksistensi Harta dalam Islam”, Jurnal Penelitian, 1 vol 9 (Februari, 2015), 103.
[5] Rizal, “Eksistensi Harta dalam Islam”, Jurnal Penelitian, 1 vol 9 (Februari, 2015), 105.
[6] Rizal, “Eksistensi Harta dalam Islam”, 107.
[7] Rizal, “Eksistensi Harta dalam Islam”, 108.
[8] Rizal, “Eksistensi Harta dalam Islam”, 109.
[9] M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2003), 55.
[10] Rizal, “Eksistensi Harta dalam Islam”, 100.
[11] Rizal, “Eksistensi Harta dalam Islam”, 101-102.
[12] Murtadho Ridwan, “Analisis Implementasi Regulasi Zakat”, Yudisia, 2 (Desember, 2016), 473-474.
[13] Beni Ahmad Saebani dan Encep Taufiqurrahman, Pengantar Ilmu Fiqh (Bandung: Pustaka Setia, 2015), 120.
[14] DR.Abdullah Nashih Ulwan,zakat menurut 4 madzab, (jakarta timur 2008)
[15] Iifi Nur Diana,HADITS-HADITS EKONOMI (Malang: UIN Maliki Press, 2012), hal 69-92
[16] Mardani, Fiqih Mu’amalah (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2012), 17.
[17] Qurratul Uyun, “Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Wakaf sebagai Konfigurasi Filantropi Islam”, Islamuna, 2 vol. 2 (Desember, 2015), 219.
[18] www.darusalaf.or.idprinsip-prinsipdalamberinfaq diakses pada 5 september pukul: 16.34
[19]Dr. Mardani, Ayat-ayat dan Hadits Ekonomi Syariah (Jakarta: PT Raja Grafindo Perseda, 2012)
[20] Wwwacademia.edo/8289303/HADITS TENTANG SEDEKAH&ei
[21] Googleweblight.com/?lite_url=http://jateng.dompetdhuafa.org/sukses-dengan-sedekah/&ei
[22] Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana, 2010), 157.
[23] Zuhdi, Studi Islam Jilid 3(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), 82.
[24] Mardiah Ratnasari, “Konsep Sedekah dalam Perspektif Pendidikan Islam” (skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013), 41-44.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hadis Ekonomi tentang Ekonomi Islam dan Hadis-hadisnya

Hadis Ekonomi tentang Hadis Manajemen

Hadis Ekonomi tentang Larangan-Larangan dalam Jual Beli

Hadis Ekonomi tentang Kewirausahaan dan Etos Kerja